Ad Code

Responsive Advertisement

Breaking News

6/recent/ticker-posts

ABK JUGA ANUGERAH


Disampaikan pada acara Talk Show (Berbagi Pengalaman)
Gebyar Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
Tingkat Nasional di Sabuga Bandung Tahun 2006
Oleh : Lilis Lismaya, S.Pd.
Prov.: Kalimantan Tengah
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah istilah yang paling cocok untuk sebutan terhadap anak yang mengalami kekurangan baik fisik, mental, komunikasi / interaksi, dan sosial, maupun anak yang mempunyai kelebihan (bakat dan atau kecerdasan). ABK sama halnya dengan anak yang lain hanya dia memerlukan penanganan khusus (metode, kurikulum, alat, dsb.).
ABK yang menjadi garapan pendidikan khusus/PK dan Pendidikan Layanan Khusus/PLK, sebagai berikut :
  1. Tunanetra
  2. Tunarungu
  3. Tunagrahita : (a.l. Down Syndrome)
    1.    - C    : Tunagrahita Ringan    (IQ = 50-70)
    2.    - C1  : Tunagrahita Sedang   (IQ = 25-50)
    3.    - C2  : Tunagrahita Berat       (IQ < 25 )
  4. Tunadaksa :
    1.    - D   : Tunadaksa Ringan
    2.    - D1 : Tunadaksa Sedang
  5. Tunalaras (Destructive)
  6. Tunawicara
  7. Tunaganda
  8. HIV AIDS
  9. Gifted  : Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125 )
  10. Talented : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences :  Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual)
  11. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung,  Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
  12. Lambat Belajar ( IQ = 70 – 90 )
  13. Autis
  14. Korban Penyalahgunaan Narkoba
  15. Indigo
    PERSENTASE ABK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT TYPE DAERAH DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2003
    Image
Dengan melihat diagram di atas, ABK yang mengalami kekurangan fisik, mental, dan sosial masih banyak yang belum tertangani. Namun sekarang penanganannya sudah mulai diselenggarakan dengan berbagai macam bentuk penyelenggaraan, sebagai bukti perhatian terhadap ABK lebih baik lagi. Tapi keberhasilan penanganan dominan terletak pada sikap / pandangan orang tua dan guru yang membimbingnya.
Kalau ditanya mengapa ABK juga anugerah, mungkin akan dapat tiga jawaban, yaitu: memang namanya Anugerah, atau ABK pembawa rezeki, atau memang ABK anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus sungguh-sungguh diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya seoptimal mungkin.
Berdasarkan pengalaman/pengamatan bahwa sikap/pandangan guru dan orangtua ABK dapat mempengaruhi keberhasilan terapi, khususnya terapi perilaku sebagaimana tabel di bawah ini:
         Pengaruh sikap/pandangan orang tua dan guru kepada ABK terhadap keberhasilan terapi perilaku
Sikap/Pandangan terhadap ABK
Guru (%)
Orang tua
(%)
Kepatuhan terhadap instruksi
Patuh (%)
Tidak patuh (%)
  1. Anugerah
  2. Membawa rezeqi
  3. Menjadi beban
  4. Tdk memilih/ mengesalkan
70
10
5
15
64
28
1
7
66
30
0
0
34
70
100
100
 Catatan :
 Guru                :  20 orang
 Orang tua        :  25 orang
Revolusi Pendidikan ABK

  1. Dibinasakan
  2. Dipelihara
  3. Dirawat
  4. Dilatih
  5. Direhabilitasi
  6. Dididik secara Segregasi
  7. Dididik secara Inklusif

Bagaimana Cara Penanganan ABK ?

Semua ABK tidak lepas dari kondisi fisik dan psikologisnya. Oleh karena itu sebaiknya ABK ditangani secara Medis dan Non Medis, melalui :
a.       Identifikasi
Dalam mengidentifikasi ABK melalui pengamatan baik fisik, mental, dan sosial sesuai dengan ciri-ciri yang sudah distandarkan.
b.      Assesmen
Setelah ABK teridentifikasi, maka dilakukan assesmen melalui tim yang terdiri dari guru, orang tua/wali, dan tenaga ahli lainnya bila diperlukan.
c.       Pengalihtanganan
Pengalihtanganan dilakukan bila diperlukan oleh ABK misalnya penanganan fisiotherapy. Namun walaupun penanganan sementara dialihkan ke tenaga ahli,bila perlu sama-sama diberi terapi yang lain, bisa saja dilakukan.
d.      Penentuan Program
Program dibuat berdasarkan hasil assesmen. Program juga dibuat oleh tim. Penanganan medis dilakukan oleh dokter atau psikiater, penanganan non medis dilakukan oleh guru atau terapis.
Dalam penerapan program hendaknya perlu diingat bahwa:
Setiap anak mempunyai kekurangan dan kelebihan
Mengatasi kekurangan
1.      Intervensi Bio Medis
2.      Modifikasi Kurikulum
3.      Menggunakan metode yang tepat
4.      Menggunakan alat bantu
5.      Menggunakan prinsip-prinsip pendidikan

Menggali Potensi ABK

·        Memperbanyak Stimulus
ABK perlu dikenalkan kepada berbagai stimulus, bagaimana responsnya ? guru dan orang tua perlu eksplorasi responsnya agar ditemukan potensi yang ada.
·        Meningkatkan frekuensi latihan
Bila sudah ditemukan potensi yang dimiliki ABK frekuensi latihan ditingkatkan.
·        Dukungan yang optimal
Untuk potensi ABK ini perlu dukungan yang optimal dari berbagai pihak, guru, orang tua, dan lingkungan sekitar. Bila tidak, potensi yang ada tidak akan berkembang.

ABK yang berhasil

Di dunia, di antaranya:
1.      Charles Darwin (Gangguan Emosi Ã  Emotionally Disturbed)
Usia 16 tahun masuk Universitas Edin Burg (Fakultas Kedokteran)
Penemu Teori Evolusi Organik (1809-1882)
2.      Alexander Graham Bell (1847-1922)
Penemu Tilpun, berbakat Istimewa
3.      Thomas Alva Edison (1847-1931)
Penyandang Tunarungu
Penemu listrik (di antara 1000 temuan)
4.      Albert Einstein (1879-1955)
Penyandang Autisme
Seorang Ilmuwan terhebat abad 20
Penemu teori “relativitas”
Usia 26 tahun bergelar Doktor
Di Indonesia, di antaranya:
1.      Dr.Ahmad Basri Nur Sikumbang
Sebagai penyandang tunanetra, Ahmad Basri Nur Sikumbang berhasil bergelar doktor hingga layak disebut doktor tunanetra pertama di Indonesia. Selain ingin jadi profesor, dia juga bercita-cita memajukan kaum tunanetra.
2.   Rachmita M.Harahap (Alumnus S2 Disain Interior ITB)
Dosen tunarungu di Universitas Mercu Buana Jakarta
4.      Adian Muhammad al Raisuli
Usia 15 tahun Ã  Mahasiswa (tunadaksa) termuda di ITB Bandung
5.      Andika Tangguh Pradana dan Tobi Moektijono
Peraih Prestasi Olimpiade Matematika dan Sains Internasional 2005 tingkat SD
Siap terbitkan buku 100 soal Matematika
6.      Yosua Michael Maranatha
Peraih Emas Olimpiade Sains Internasional 2005 di Yogyakarta (usia 15 tahun).
7.      Juniati Effendi, Dokter gigi tunarungu satu-satunya di Indonesia
8.      Lintang Ayu Sambudi (tunadaksa)
Penerima beasiswa Duskin Trainy dari pemerintah Jepang, juga penghargaan Sri Chinmoy dari PBB atas kepeduliannya terhadap sesama.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement